Pada awalnya
minat para penganalisis tagmemik terutama ditujukan pada bahasa-bahasa yang
terdapat di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, dan meskipun karya deskriptif
mereka terutama ditujukan pada penerjemahan Bible dan evangelisasi, melindungi
pelbagai bahasa dari kepunahan beberapa di antaranya dengan pemakai yang
relatif sedikit, namun karya-karya mereka semakin tersebar dan usaha mereka
sangat ekstensif.
Aliran ini
berkembang bersama Summer Institute of
Linguistics yang banyak berkonsentrasi pada pemerian bahasa asing khususnya
untuk kepentingan misionaris. Analisis ini pun dipakai dalam memerikan
bahasa-bahasa Indian di Amerika.
Tagmem adalah
suatu kesatuan, sejajar dengan fonem dan morfem dalam hierarki ketatabahasaan
fonologi, leksikon, dan tata bahasa. Kesatuan dalam analisis tagmemik adalah tagmem korelasi suatu lajur fungsional
dengan kelas butir-butir yang mengisi lajur tersebut. Kesatuan ini bukan hanya
kesatuan bentuk, sepertti yang terdapat dalam model-model ketatabahasaan yang
lain, melainkan suatu perpaduan fungsi dan bentuk. Makalah ini akan memberikan
penjelasan lebih detail mengenai tagmemik disertai prinsip-prinsip,
konsep-konsep dan analisisnya.
1. Prinsip-prinsip Tata Bahasa Tagmemik
a. Bahasa sebagai tingkah laku manusia
Bahasa adalah bagian integral tingkah-laku manusia. Ini
berarti bahwa bahasa dapat dianalisis dan dipahami sebaik-baiknya sebagai satu
aspek dari tingkah laku manusia. Teori Tagmemik agak unik karena kebanyakan
prinsip dasarnya dinyatakan berlaku bagi semua tingkah laku manusia, termasuk
bahasa. Karena itu, tagmemik menolak pandangan bahasa yang mentalistik. Selain
fungsi simbolis atau fungsi representasional, bahasa juga memunyai fungsi
komunikatif yang sangat penting.
b. Semua tingkah laku purposif, termasuk bahasa, muncul dalam satuan-satuan
atau “kepingan-kepingan”
Suatu satuan dapat ditentukan menurut ciri-ciri pembeda
yang mengkontraskannya dengan satuan-satuan lain dalam kelas, gugus, atau
sistem. Satuan itu dapat berbeda dalam bentuk fisiknya dalam batas-batas
tertentu.
c. Pentingnya konteks
Satuan-satuan tidak terjadi dalam isolasi; satuan-sataun
itu terjadi dalam konteks. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor penyebab bagi
variabel dapat di temukan dalam konteks.
d. Hierarki, tonggak dari teori tagmemik
Hierarki di sini merujuk kepada hierarki sebagian dan
keseluruhan, ketimbang hierarki taksonomis atau hierarki tipe-aksibilitas,
yaitu, satuan-satuan kecil umumnya terjadi sebagai bagian dan satuan-satuan
yang lebih besar lagi. Berkaitan dengan bahasa, tuntutan bahwa bahasa-bahasa
mempunyai tingkat-tingkat yang signifikan dari segi struktur. Secara khusus,
ujaran-ujaran linguistik dipandang terstruktur, ujaran-ujaran linguistis
dipandang dengan tiga hierarki yang simultan dan saling mengunci: yaitu
hierarki fonologis, dramatikal, dan referensial.
e. Teori tagmemik secara formal mengenal perspektif pengamat yang bervariasi
Sekurang-kurangnya ada tiga perspektif yang berbeda, namun
saling melengkapi yang dapat dipakai untuk meninjau detail-detail yang sama.
Dalam pandangan statis, butir-butir sebagai benda-benda individual dan berbeda
menjadi pusat perhatian. Pandangan dinamis memusatkan perhatian pada dinamika
butir-butir yang bertumpang-tidih, bercampur, dan bergabung antara satu dengan
lainnya. Terakhir perspektif relasional yang memusatkan perhatian pada hubungan
antara satuan-satuan, dengan mamperhatikan jaringan, medan, atau matriks.
2. Konsep-konsep Dasar Tata Bahasa Tagmemik
a. Tagmem
Satuan dasar dalam analisis tagmemik adalah tagmem. Menurut Elson dan Pickett (Ba’dulu,
2005: 114), tagmem adalah kolerasi fungsi gramatikal atau gatra dengan kelas
butir yang dapat saling menggantikan dalam mengisi gatra itu. Menurut Longacre
(Ba’dulu, 2005: 114) tagmem adalah kolerasi antara gatra-gatra di mana baik
fungsi maupun bentuk diberi nama secara eksplisit. Konsep dari fungsi
gramatikal, yang dikolerasikan dengan seperangkat butir perwujudannya,
merupakan satu konsep dari empat konsep dasar dalam tagmemik.
Gatra adalah posisi dalam kerangka kontruksi (sintagmem),
yang menjelaskan peran dari bentuk linguistik dalam konstruksi, yang berkaitan
dengan bagian-bagian lain dari konstruksi yang sama. Fungsi adalah hubungan
gramatikal, yang menjawab pertanyaan tentang apa yang dilakukan bentuk dalam
konstruksi, dan diberi label sebagai subjek, predikat, inti, modifikator, dan
sebagainya.
Kelas pengisi adalah daftar semua butir yang dapat saling
mengisi jalur (gatra) fungsional. Butir-butir ini dapat dipertukarkan satu sama
lain. Dalam definisi, kelas pengisi adalah suatu kelas distribusi, yang dalam
banyak kasus, dalam banyak hal, heterogen. Dalam kelas pengisi, sebuah kelas
bentuk mungkin merupakan pengisi eksklusif atau pengisi khusus. Khusus dalam
sistem-sistem penciri kasus, maka pengisi itu mungkin ditandai oleh kelas
bentuk yang diberi ciri oleh kasus nominatif.
b. Konstruksi (Sintagmem)
Sintagmem adalah untaian tagmem yang potensial, yang gugus
morfemnya mengisi gatra gramatikal. Ada dua sistem utama untuk pemerian
konstruksi, apa pun jenis satuan yang digunakan. Yang pertama adalah jenis
analisis berdasarkan konstituen langsung; yang kedua adalah jenis analisis
berdasarkan konstituen untaian. Dalam analisis jenis untaian, ujaran dipenggal
secara simultan ke dalam semua bagian fungsionalnya. Dalam penggalan-penggalan
ini, analisis dituntun oleh pengetahuannya tentang fungsi. Dalam analisis
konstituen langsung, ujaran dipenggal secara berurutan ke dalam
konstituen-konstituen biner. Dalam melakukan penggalan-penggalan ini, analisis
dituntun oleh pengetahuannya tentang fungsi maupun oleh teori bahwa semua
konstruksi terdiri atas dua bagian.
c. Hierarki Gramatikal
Model ketatabahasaan harus membatasi kesatuan yang masuk
ke dalam konstruksi dengan jelas, dan konstruksi ini harus diatur ke dalam
beberapa jenis sistem ketatabahasaan. Dalam tagmemik, kesatuan itu adalah
tagmem, suatu kolerasi antara fungsi dan bentuk; konstruksi adalah suatu tali
potensial kesatuan-kesatuan tagmem, yaitu sintagmem; dan sistem adalah hirarki
ketatabahasaan, yang diatur dalam serangkaian tingkat-tingkat sistematis.
d. Pemetaan
Menurut Pike, bahasa dapat dideskripsikan dalam kaitannya
dengan hierarki segi-tiga antara fonologi, leksikon, dan tata bahasa. Dalam
hierarki gramtikal, konstruksi disusun pada rangkaian tingkat yang jelas.
Tingkat-tingkat yang paling umum digunakan adalah tingkat kalimat, tingkat
klausa, tingkat frasa, tingkat kata, dan tingkat morfem.
3. Analisis Tata Bahasa Tagmemik
Tagmeme, istilah dahulu gramem, adalah kolerasi slot
(jalur) dengan sekelompok butir-butir
yang bisa menempati jalur itu. Pada kalimat the
pen is on the table, butir the pen
dengan pas menempati jalur subjek, dan tagmeme subjeknya dinyatakan dengan the pen. Bahasa, menurut pike, tersusun
atas tiga level atau modus yang setengah otonom tapi saling berkaitan, yaitu: phonology, grammar, dan lexicon. Pike
menolak kalimat sebagai inti dasar grammar, dia menekankan tertib tata urut
unit-unit gramatik kedalam tingkatan : morphemes,
words, phrases, clausa, sentences, paragraphs dan discourse. Tagmem-tagmem
itu bersatu membentuk syntagmemes atau rentetan unsur yang sejajar.
Seterusnya
menurut Pike unit dasar grammar tidak bisa dinyatakan dalam fungsi saja,
seperti subject + predicator + object. Tidak
pula dinyatakan dengan rentetan bentuk seperti noun phrase + verb phrase + noun phrase. Keduanya itu (fungsi dan
bentuk) mesti diungkapkan bersamaan dalam rentetan seperti:
(S : NP) + (P : VP) + (O : NP)
Rumusan di
atas dibaca sebagai berikut : jalur subyek diisi oleh Noun Phrase, diikuti jalur predicator
yang diisi verb phares, diikuti jalur
obyek yang diisi noun phares. Istilah “slot” tidak mengacu sepenuhnya kepada
posisi linear, tetapi pada pokoknya mempunyai acuan pada fungsi gramatik dari
bentuknya.
Selanjutnya
dibedakan dua macam tagmeme, yaitu obligatory
(= wajib) dan optional (= pilihan).
Tagmeme wajib diberi simbol plus (+), dan tagmeme pilihan diberi simbol plus
minus (±). Frase seperti Ada lima apel
manis mempunyai tagmeme-tagmeme sebagai berikut:
(±) determiner (±) numeral (+) noun head
(±) noun attribute
Sebagaimana
kita ketahui dalam frase di atas noun intinya adalah apel. Ia bisa berdiri sendiri. Sedangkan sesisanya berfungsi modifier atau bersifat pilihan, boleh
dipakai boleh juga tidak.
Dalam tata
urut level grammar (morfem – kata – frasa – klausa – kalimat) sering pula
terjadi bahwa satu unit merupakan anggota dari unit grammar yang lebih rendah.
Inilah yang disebut rank-shifted ini,
maka keadaan yang normal dalam tata unit level gramatik bisa didiagramkan
sebagi berikut.
morfem <> kata <> frase
<> klause <> kalimat
Artinya bahwa
kata bisa dianggap sebagai terdiri atas morfem dan kata juga sebagai unsur
pembentuk frase. Frase juga di samping terbentuk dari kata, juga merupakan
unsur pembentuk klausa. Klausa terbentuk dari frase juga merupakan pembentuk
kalimat.
Selain itu masih ada kelebihan lainnya kita bisa melihatnya
pada klasifikasi unsur-unsur yang berdasarkan makna dan fungsi dalam kalimat
sebagai tata urut tagmemik. Fries misalnya dalam The Structure of English (1952) akan mengelompokkan Gajah dan Air sungai pada satu kelas:
Class I, sedangkan pada tagmemik kedua kata itu diikatkan langsung dengan
fungsi yang diembannya seperti pada jalur berikut.