Dalam kajian tindak tutur (speech acr) Austin, dikenal adanya makna lokusi, makna ilokusi, dan
makna perlokusi. Yang dimaksud dengan makna lokusi adalah makna seperti yang
dinyatakan dalam ujatan, makna harfiah, atau makna apa adanya. Sedangkan yang
dimaksud dengan makna ilokusi adalah makna seperti yang dipahami oleh
pendengar. Sebaliknya, makna perlokusi adalah makna yang seperti yang
diinginkan oleh penutur. Misalnya, kalau seseorng kepada tukang afdruk foto di
pinggir jalan bertanya:
“Bang, tiga kali empat,
berapa?”.
Makna secara lokusi kalimat tersebut adalah keinginan tahu
dari si penutur tentang berapa tiga kali empat. Namun, makna perlokusi, makna
yang diingikan oleh si penutur adalah bahwa si penutur ingin tahu berapa biaya
mencetak foto ukuran tiga kali empat sentimenter.
Artikel ini akan membahas tanggapan Austin terhadap
gejala-gejala kebahasaan yang dapat kita temukan sehari-hari. Perlokusi adalah akibat atau
pengaruh yang ditimbulkan oleh isi tuturan, baik nyata maupun tidak. Di
sini terkandung unsur kesengajaan dari si penutur untuk mempengaruhi
pendengarnya melalui isi tuturan yang dilontarkannya.
Menurut Austin, mengucapkan
sesuatu acapkali menimbulkan pengaruh yang pasti terhadap perasaan, pemikiran
atau perilaku si pendengar atau si penutur itu sendiri, ataupun bagi orang
lain. Hal ini dapat dilakukan dengan cara merancang, mengarahkan atau
menetapkan tujuan tertentu pada perkataan yang akan kita ungkapkan. Inilah yang
dinamakan tindakan perlokusi. Contoh: 1) Saya telah membuat temanku mampu
mengatasi kesedihannya, 2) Saya meyakinkan dia bahwa belajar secara rutin akan
memberikan hasil yang lebih baik, dan 3) Saya membujuk adik agar menghentikan
tangisannya.
Jenis-jenis kata kerja lainnya
yang merupakan ciri khas tindakan perlokusi ini adalah: membimbing dan
mempelajari sesuatu, memperdayakan, mengajak, merangsang, mengejutkan,
menggembirakan, menyebabkan dan melakukan sesuatu, membangkitkan,
membingungkan, menyebabkan dan memikirkan tentang sesuatu, meredakan
ketegangan, mempermalukan, menarik perhatian, mengemukakan, dan lain-lain.
Dalam tindakan perlokusi,
akibat yang timbul memang dirancang dan diarahkan sedemikian rupa, sehingga ada
upaya untuk mempengaruhi pendengar secara maksimal. Apabila dikatakan “saya
membutuhkannya agar ia mau meminjami saya uang”, maka di sini terkandung upaya
si penutur (saya) untuk memperoleh pinjaman uang dari seseorang melalui
cara-cara tertentu. Artinya, sesuatu tindakan perlokusi merupakan hasil yang
diinginkan atau telah diperhitungkan sebelumnya oleh si penutur. Jadi, tujuan
si penutur untuk mempengaruhi pendengarnya itulah yang paling menonjol dalam tindakan
perlokusi ini.
Psikolinguistik merupakan ilmu yang menguraikan proses-proses
psikologis yang terjadi apabila seseorang menghasilkan kalimat dan memahami
kalimat yang didengarnya waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa
itu diperoleh manusia (Simanjuntak, 1987 : 1). Psikolinguistik mencoba
menguraikan proses-proses psikologi
yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat- kalimat yang didengarnya
pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia (Slobin, 1974; Meller,
1964; Slama Cazahu, 1973). Secara teoretis tujuan utama psikolinguistik adalah
mencari teori yang bisa diterima secara linguistik dan secara psikologi dapat
menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya.
Pemelajaran bahasa merupakan sebuah proses. Pada hal ini,
berarti bahwa dalam pemelajaran bahasa terdapat rangkaian perilaku yang
menyebabkan terjadinya berbagai perubahan, yaitu penggantian secara bertahap
sebuah kondisi dengan kondisi lain yang mengarah pada keadaan akhir yang
diharapkan. Kegiatan pemelajaran bahasa akan berjalan dengan baik, jika
dilandasi oleh metode-metode pendukung yang efisien. Psikolinguistik telah
bermanfaat dalam menjalankan pemelajaran keterampilan berbahasa dan mencerahkan
hubungan bahasa dengan proses mental pada saat proses resepsi dan produksi
bahasa terjadi. Proses resepsi meliputi aktifitas menyimak dan membaca. Manfaat
berbagai temuan studi psikolinguistik terhadap pemelajaran keterampilan
berbahasa, dikemukakan pada kegiatan belajar.
Dalam kaitannya dengan perlokusi, psikolinguistik memiliki
kesamaan dengan perlokusi pada bagian psikis penutur-pendengar. Kedua teori
tersebut memiliki kesamaan yang erat dalam memelajari makna-makna abstrak yang
diperoleh dari hasil kegiatan menyimak maupun berbicara. Akan tetapi, perlokusi
lebih mementingkan objek kajian kepada penutur dibandingkan dengan pendengar.
Sedangkan psikolinguistik lebih memelajari hal-hal yang diperoleh pendengar
mengenai apa yang telah disimaknya dan lebih merujuk kepada pemerolehan bahasa
dalam bentuk psikis individu itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perlokusi
lebih banyak berwujud harapan penutur kepada pembaca. Dalam konteks
psikolinguistik, pendengar maupun penyimak bacaan tentunya akan memeroleh
perasaan puas maupun ketidakpuasan mengenai teori yang disampaikan oleh
penulis. Akan tetapi, hubungan antara perlokusi dengan psikolinguistik tidak
sama kedudukannya, karena jika dilihat dari beberapa contoh kalimat-kalimat
yang telah diamati bahwa perlokusi lebih terlihat pada konteks penutur,
sedangkan psikolinguistik terletak pada konteks penerima.
Jadi, sudah jelas bahwa perlokusi
merupakan tuturan yang disampaikan oleh penutur kepada penerima tuturan, namun
penutur memiliki maksud berupa harapan atas tuturannya kepada penerima. Selain
itu kedudukan perlokusi juga hanya terletak pada penutur saja, sedangkan
penerima lebih kepada penerima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar