ASPEK KOGNITIF BAHASA
Bahasa merupakan sistem tanda bunyi yang
dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Ketika berkomunikasi, manusia memproduksi
ujaran lisan atau tulisan; orang yang diajak berkomunikasi akan mendengar dan
atau melihat apa yang hendak dikomunikasikan dan berusaha memahami apa yang
dibicarakan. Dalam proses pemahaman, manusia juga akan mengingat apa yang
diujarkan atau dituliskan. Semua proses tersebut disebut Proses Kognitif.
Proses kognitif adalah proses untuk memperoleh
pengetahuan di dalam kehidupan yang diperoleh melalui pengalaman. Proses
kognitif melibatkan berbagai panca indra, dan hasil proses kognitif disebut
kognisi.
Proses Kognitif dan Otak
Berbagai penelitian membuktikan adanya hubungan
antara bahasa dan sistem saraf manusia. Secara garis besar, sistem otak manusia
dapat dibagi menjadi tiga macam, yakni (1) Otak besar (sereberum), (2) Otak
kecil (serebelum), dan (3) Batang otak. Bagian terpenting dalam kegiatan
berbahasa adalah otak besar. Bagian pada otak besar yang terlibat langsung
dalam pemrosesan bahasa adalah korteks serebral.
Korteks serebral terdiri atas dua bagian, yakni
belahan otak kiri (hemisfer kiri) dan otak kanan (hemisfer kanan). Kedua
hemisfer tersebut memiliki peran penting dalam proses kognitif. Hemisfer kanan
mengontrol pemrosesan informasi spesial dan visual. Sedangkan hemisfer kiri
mengontrol kegiatan berbahasa.
Proses Pemahaman dalam Komunikasi
Berdasarkan hasil penelitian inteligensia buatan,
dapat disimpulkan bahwa berbagai objek, keadaan dan tindakan dalam memori
diwakili oleh prototipe dari objek, keadaan dan tindakan tersebut. Skema yang
mewakili tindakan – tindakan sederhana menjadi satu kesatuan dan memilki urutan
yang teratur dalam memori kita disebut script (skenario suatu tindakan).
Pemerolehan dan Pemelajaran Bahasa
Salah satu hal yang sering dibicarakan dalam aspek kognitif bahasa adalah
pemerolehan bahasa. Istilah pemerolehan dipakai dalam proses pemahaman bahasa
pertama, yaitu salah satu proses perkembangan yang terjadi pada seorang manusia
sejak ia lahir. Istilah pemelajaran dipakai dalam proses belajar bahasa
(umumnya bahasa yang dipelajari secara formal di sekolah atau bahasa asing)
yang dialami oleh seseorang setelah menguasai bahasa pertama.
Bilingualitas dan Bilingualisme
Bilingualitas adalah keadaan psikologis seseorang
yang mampu menggunakan lebih dari satu bahasa dalam komunikasi sosial.
Sedangkan Bilingualisme adalah suatu konsep yang mencakup konsep bilingualitas
dan juga keadaan yang menggambarkan terjadinya kontak bahasa di antar sebuah
masyarakat bahasa tertentu dengan masyarakat bahasa lainnya.
Gangguan dalam Proses Berbahasa
Gangguan dalam proses berbahasa dapat berupa
gangguan alat wicara bahkan gangguan otak dan saraf seperti yang disinggung
pada bahasan pertama.
ASPEK FISIOLOGIS BAHASA
Wujud Fisik Bahasa
Bahasa lisan adalah rangkaian bunyi (bahasa) yang
diujarkan oleh penutur. Mitra tutur mampu memahami bunyi bahasa yang diujarkan
oleh penutur melalui hasil pendengarannya.
Pembicaraan mengenai aspek fisik bahasa pada
dasrnya mencakup tiga aspek. Pertama, bagaimana bunyi itu dihasilkan (aspek
produksi). Kedua, Bagaimana ciri – ciri bunyi bahasa yang diujarkan (aspek
akustis). Ketiga, bagaimana bunyi bahasa itu dipahami melalui indra pendengaran
(aspek persepsi bunyi bahasa).
Produksi Bunyi Bahasa
Untuk memahami ciri fisik bahasa, yang pertama –
tama perlu diketahui adalah dari mana dan bagaimana bahasa itu dihasilkan.
Bunyi bahasa juga ditentukan oleh sumber bunyi serta proses dalam memproduksi
bahasa tersebut. Setiap manusia memiliki suara yang berbeda antara satu dan
lainnya. Untuk menghasilkan bunyi bahasa yang benar diperlukan alat bicara yang
normal, keterampilan dan kemampuan organ alat bicara dalam melakukan
artikulasi, serta kemampuan mengatur pernapasan.
Satuan Bunyi Bahasa
Satuan bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat
bicara dilakukan dengan artikulasi yang sama. Perubahan proses produksi bunyi
menghasilkan perubahan kualitas bunyi. Sebagai akibat proses artikulasi yang
berbeda pada bahasa – bahasa di dunia ini, bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan
berbagai bahasa itu pun berbeda.
Ciri Akustik Bunyi Bahasa
Bunyi yang diproduksi oleh sebuah sumber bunyi
terdengar oleh indra pendengaran karena peran uada yang menyalurkan suara itu
sampai ke indra pendengaran. Getaran bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi
mengubah tekanan udara yang ada dalam ruang sehingga partikel – partikel udara
membentuk gelombang bunyi.
Persepsi Bunyi Bahasa
Indra pendengaran mampu menangkap dan memahami
rangkaian bunyi vokal dan konsonan yang membentuk sebuah tuturan, cepat lambat
tuturan, dan nada tuturan yang dihasilkan oleh seorang penutur.
Berdasarkan uraian di atas, persepsi terhadap
bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara dikelompokkan menjadi dua, yakni
:
1. Persepsi terhadap bunyi yang berupa satuan
struktural, yaitu vokal dan konsonan.
2. Persepsi terhadap bunyi yang berupa cepat lambat,
kelantangan, tekanan, dan nada.
Fonetik dan Fonologi
Baik fonetik maupun fonologi berkenaan dengan satuan terkecil
bahasa, yaitu bunyi. Fonetik berkenaan dengan proses pembunyian, realisasi, dan
penangkapan melalui indra pendengaran, sedangkan fonologi berkenaan dengan
fungsi bunyi – bunyi bahasa itu sebagai satuan bahasa yang memiliki fungsi
pembeda atau distingtif.
Trubetzkoy menjelaskan bahwa fonetik merupakan studi bunyi
bahasa yang berkenaan dengan peristiwa bahasa, murni studi fenomenalistik
terhadap bahasa tanpa mempertimbangkan fungsi. Sedangkan fonologi adalah studi
bunyi bahasa yang berkenaan dengan sistem bahasa, serta merupakan studi
linguistis.
ASPEK SOSIAL BAHASA
Keberagaman Bahasa
Bahasa mempunyai variasi. Hal itu berarti bahwa bahasa tidak
kedap terhadap pengaruh aspek nonbahasa. Dengan kata lain, bahasa memiliki
ragam. Konsep keberagaman mengemuka ketika linguis mengaikan bahwa dengan aspek
kemasyarakatan. Keberagaman tersebut mulai dipelajari dalam kajian
antardisiplin, seperti sosiolinguistik dan sebagainya.
Berbagai Ragam dalam Pemakaian Bahasa
Di dalam lingkungan masyarakat, ada bahasa yang digunakan dan
memperlihatkan ciri keakraban atau keintiman. Bahasa yang ditandai bentuk dan
pilihan kata akrab seperti gue, loe, bete. Berikut termasuk ke dalam ragam
intim. Ragam berikutnya dikenal sebagai ragam konsultatif, yang merupakan ragam
bahasa yang digunakan pada saat guru mengajar di kelas. Cirinya berbeda dengan
ragam formal atau resmi. Ragam lain adalah bahasa yang ditandai ujaran – ujaran
baku dan beku sebagaimana yang terdengar dalam acara ritual dan seremonial.
Aturan – Aturan dan Fungsi Sosial Bahasa
Hymes menyebutkan adanya unsur – unsur yang terdapat dalam
setiap komunikasi bahasa. Unsur – unsur itu disajikan dalam bentuk akronim
speaking, secara sederhana dapat diuraikan seperti latar, peserta, hasil,
amanat, cara, sarana, norma dan jenis.
Roman Jacobson merinci fungsi – fungsi bahasa berdasarkan
segi perhatian sebuah tuturan. Suatu peristiwa tutur memiliki tujuh faktor,
yakni waktu dan tempat, pokok pembicaraan, penutur, mitra tutur, jalur, kemasan
pesan dan aspek bahasa.
Sentuh Bahasa
Di dunia ini terdapat masyarakat bahasa yang bertemu, hidup
bersama – sama, dan berpengaruh terhadap masyarakat bahasa lain. Keadaan
semacam ini menimbulkan apa yang disebut sentuh bahasa atau kontak bahasa.
Indonesia merupakan contoh negara aneka bahasa. Akan tetapi kebanyakan orang
Indonesia menguasai bahasa indonesia dan bahasa daerah. Orang yang menguasai
satu bahasa disebut ekabahasawan. Orang yang dapat menguasai dua bahasa disebut
Bilingual, sedangkan orang yang menguasai banyak bahasa disebut anekabahasawan.
Ragam Bahasa dalam Masyarakat Multibahasa
Ragam bahasa dapat dibincangkan berdasarkan fungsinya dalam
masyarakat yang multibahasa. Secara umum, dikenal lima ragam bahasa. Kita
mungkin pernah mendengar istilah bahasa Vernakular, Bahasa baku, Bahasa perantara,
Pijin, dan Kreol.
a. Vernakural
Merupakan ragam bahasa yang tidak memilki status
resmi dan biasanya tidak mengalami proses kodifikasi. Ragam ini biasa dipakai
dalam percakapan sehari – hari atau lambang solidaritas.
b. Bahasa Baku
Biasanya sudah melewati proses kodifikasi, yaitu
tahap pembakuan tata bahasa, ejaan, dan kosa kata. Ragam bahasa ini lazim
dinamakan bahasa standar, yang lebih sering ditemukan dalam bahasa tulis
daripada lisan.
c. Bahasa Perantara
Ragam bahasa ini biasanya muncul dalam keadaan darurat
dan sering digunakan sebagai bahasa untuk bertahan hidup.
d. Pijin
Merupakan ragam
bahasa yang tidak memiliki penutur asli.
Biasanya ragam bahasa ini ditemukan banyak sekali di negara – negara dunia
ketiga yang dulunya merupakan daerah jajahan koloni.
e. Kreol
Merupakan perluasan pijin dan sudah mulai sejajar
dengan bahasa – bahasa lain di negara yang memilikinya. Pada tingkatan ini,
tata bahasa dan kosa katanya sudah mulai rumit dan kompleks.
BAHASA SEBAGAI OBJEK ILMU
Beberapa hipotesis yang menyatakan bahwa selain manusia,
makhluk lain di dunia ini pun memiliki bahasa. Meskipun banyak orang yang
menganggap hipotesis ini adalah sebuah hipotesis yang tidak masuk akal dan
mengada – ada.
Dalam beberapa hal dugaan bahwa binatang memiliki bahasa dirasakan
lebih kuat, terbukti dengan adanya istilah berbahasa atau berbicara pada
binatang – binatang. Dalam kenyataan sehari – hari binatang tertentu memberikan
kode – kode suara tertentu kepada sesama spesiesnya.
Sepintas, bahwa kode – kode bunyi itu memiliki kemiripan
dengan kode – kode bunyi dalam bahasa lisan manusia. Dalam salah satu ajaran
agama, diyakini bahwa Nabi Sulaiman AS dapat memahami bahasa binatang. Kalau
cerita ini diyakini kebenarannya, maka kita dapat meyakini kode – kode bunyi
pada binatang memiliki kemiripan fungsi dengan kode – kode bunyi bahasa pada
manusia.
Pemakaian Bahasa
Manusia sebagai makhluk sosial terikat oleh kebangsaan, ras,
suku, agama dan kepercayaan, serta kebudayaan masing – masing. Ini semua
memengaruhi terjadinya perbedaan bahasa di dunia. Setiap bahasa menjadi
identitas pemakainya. Kemudian manusia sebagai pribadi terikat oleh jasmani dan
rohani, ada yang sehat dan sakit. Bahkan ada yang memiliki alat ucap yang
normal dan ada yang tidak normal.
Dalam kehidupan bermasyarakat, dapat pula ditemukan berbagai
karakter manusia, terdapat orang yang sopan bahkan kurang ajar. Sebagai ilmu
bahasa, linguistik dapat digunakan untuk membahas dan memelajari bahasa –
bahasa manusia yang ada di dunia, selama bahasa itu dianggap bahasa normal.
Adapun bahasa yang tidak normal dipelajari dalam neurolinguistik dan
psikolinguistik.
Suasana Pemakaian Bahasa
Dalam kehidupan sehari – hari, manusia menggunakan bahasa
setiap harinya. Bahasa tidak hanya digunakan secara wajar, tetapi digunakan
pula secara tidak wajar atau dibuat – buat karena ingin memberikan kesan yang
lebih.
Meskipun pemakaian bahasa bermacam – macam, linguistik lebih
mengutamakan membahas dan memelajari bahasa yang digunakan dalam suasan yang
wajar, sedangkan penggunaan bahasa yang dibuat – buat merupakan garapan bidang
ilmu sastra.
Alat Pembentuk Bahasa
Manusia dalam mengungkapkan gagasan dan pikirannya, dapat
melakukan beberapa cara. Cara pertama adalah dengan cara dituturkan atau dengan
bahasa lisan yang dihasilkan oleh alat ucap, sedangkan cara kedua yaitu dengan
dituliskan atau dengan bahasa tulis.
Selain dua cara tersebut, masih ada cara seseorang
mengeluarkan gagasan dengan menggunakan
isyarat – isyarat tertentu atau gerakan badan tertentu. Selain
menggunakan anggota badan, adakalanya gagasan dan pikiran seseorang itu diwujudkan
dalam bentuk tertentu.
Sebagai ilmu bahasa, linguistik menempatkan bahasa lisan
sebagai objek garapan yang utama dan bahasa tulis sebagai objek kedua.
Sedangkan bahasa isyarat atau gerakan tubuh merupakan garapan ilmu yang disebut
kinesik.
Apabila isyaratnya menggunakan benda – benda tertentu dibahas
dalam ilmu yang disebut Pasimologi. Wujud bunyi dihasilkan oleh alat ucap
manusia tidaklah semuanya berupa kata – kata, adakalanya berbentuk desisan dan
sebagainya. Akan tetapi bunyi – bunyi demikian tidak menjadi objek linguistik.
Karena yang menjadi garapan linguistik adalah bunyi – bunyi
ujaran yang membentuk kata – kata, sedangkan bunyi yang tidak membentuk kata –
kata, akan menjadi garapan paralinguistik.
AHLI BAHASA DAN TUGASNYA
Pada mulanya, bahasa sering
diabaikan dalam bidang-bidang keilmuan. Kemudian bahasa didekati melalui mitos. Dan akhirnya bahasa
dinalar secara filsafat. Akan tetapi, dalam ilmu bahasa kita tidak boleh
mengabaikan jasa-jasa para ahli bahasa yang telah meneliti secara radikal untuk
meneliti seluk beluk bahasa.
Akan tetapi banyak kesalahpahaman mengenai ahli
bahasa sesungguhnya. Padahal ahli sesungguhnya (Linguis) adalah seorang yang
mampu memahami banyak bahasa. Syarat menjadi seorang linguis bukanlah hanya
mampu memahami banyak bahasa saja. Akan tetapi dia juga mampu menganalisis,
menguasai metodologis mengkaji bahasa-bahasa dan memiliki wawasan yang luas.
Seorang linguis pasti bermula dari parole.
Kemudian menguasai langue dan dilanjutkan lagi menguasai langage. Seorang
linguis berbeda dengan seorang guru, meskipun hampir sama tipis antara
keduanya. Di bawah ini ada beberapa syarat-syarat mutlak untuk menjadi seorang
linguis yang diformulasikan menjadi 5M, yaitu sebagai berikut :
a. Minat terhadap bahasa
Seorang linguis harus memiliki minat dalam dunia bahasa,
misalnya dari hobi yang menjadi faktor dia menyukai dunia bahasa. Jadi, jika
seseorang tidak berminat dalam dunia bahasa pasti tidak akan ada niat teguh
dalam hatinya untuk menjadi seorang linguis.
b. Memiliki pengetahuan dan wawasan kebahasaan
Seorang linguis harus memiliki pengetahuan dan
wawasan kebahasaan. Maksudnya adalah agar seorang linguis mampu mendeskripsikan
dan menganalisis bahasa untuk berbagai penelitian bahkan untuk menciptakan
sebuah teori.
Pengetahuan dan wawasan amatlah penting bagi seorang
linguis. Karena objeknya dalah bahasa. Bahasa adalah sarana untuk berkomunikasi
dan bersifat umum dan universal, pastinya membutuhkan wawasan yang amat luas
untuk dijadikan bahan penelitian seorang linguis.
c. Mampu meneliti
Seorang linguis harus mampu meneliti bahasa karena
tujuan utama linguis selain mampu mendeskripsikan bahasa adalah dia juga harus
mampu meneliti bahasa secara radikal dengan metode-metode yang digunakan dan
berani untuk mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya secara universal.
d. Melahirkan teori
Seorang linguis harus melahirkan teori. Darimana
dia mendapat teori? Tentu seorang linguis tidak mendapatkan teori dengan
cuma-cuma. Teori yang dikemukakan oleh seorang linguis berasal dari hasil
penelitiannya.
Akan tetapi, hasil penelitiannya harus dapat diuji
kebenarannya secara universal melalui berbagai tahap-tahap penyaringan (filter)
dalam proses pengujian yang bertahap.
e. Menguasai prinsip dan kaidah ilmu
Seorang linguis juga harus mampu menguasai prinsip
dan kaidah ilmu seperti observasi dan pengelompokan data. Agar dapat membuat
jalannya penelitian berjalan lancar.
Setelah seseorang dapat memenuhi syarat-syarat di atas, maka
seseorang dapat disebut sebagai seorang linguis. Akan tetapi, seorang linguis
memiliki berbagai tugas, yaitu :
a. Membuat definisi dan mendiskripsikan aspek
terminologis yang berkaitan dengan bahasa. Seorang linguis memiliki tugas
mendeskripsikan konsep-konsep yang ada dalam ilmu bahasa.
b. Mengklasikfikasi. Seorang linguis harus dapat
mengklasifikasikan beberapa hasil penelitiannya.
c. Inferensi. Seorang linguis harus mampu
menyimpulkan apa yang dia teliti, untuk memperjelas hasil penelitiannya.
d. Informasi. Seorang linguis harus menginformasikan
hasil analisis penelitiannya terhadap umum dan mampu untuk mempertanggungjawabkan
konsekuensinya.
e. Penellitian. Seorang linguis bertugas meneliti,
menganalisis secara radikal dalam bidang kebahasaan. Karena objek utama seorang
linguis adalah dunia bahasa.
f. Membuat model. Seorang linguis bertugas membuat
model yang ditujukan untuk memberi kerangka dan sistematika dalam penelitian
bahasa untuk menyederhanakan penjelasannya.
g. Penyempurnaan. Seorang linguis harus mampu
menyempurnakan teori dan deskripsi penelitian yang dibuatnya.
Akan tetapi, berdasarkan uraian di atas masih ada tugas pokok
yang dimiliki oleh seorang linguis, yaitu :
a. Tugas deskriptif dan eksplanatif, adalah tugas
yang memerikan gejala kebahasaan dan menerangkannya.
b. Tugas prediktif dan pengembangan, adalah tugas
mempraduga dalam bentuk hipotesis yang selanjutnya diuji secara ilmiah.
Tugas kontrol, adalah mengontrol masalah dan mengontrol hasil
yang didapat setelah melakukan penelitian kebahasaan.
boleh minta daftar pustaka nya bg ? :) (buat tugas kuliah hehe)
BalasHapus