Jumat, 29 Maret 2013

Aspek Bahasa


ASPEK KOGNITIF BAHASA

Bahasa merupakan sistem tanda bunyi yang dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Ketika berkomunikasi, manusia memproduksi ujaran lisan atau tulisan; orang yang diajak berkomunikasi akan mendengar dan atau melihat apa yang hendak dikomunikasikan dan berusaha memahami apa yang dibicarakan. Dalam proses pemahaman, manusia juga akan mengingat apa yang diujarkan atau dituliskan. Semua proses tersebut disebut Proses Kognitif.
Proses kognitif adalah proses untuk memperoleh pengetahuan di dalam kehidupan yang diperoleh melalui pengalaman. Proses kognitif melibatkan berbagai panca indra, dan hasil proses kognitif disebut kognisi.

Proses Kognitif dan Otak
Berbagai penelitian membuktikan adanya hubungan antara bahasa dan sistem saraf manusia. Secara garis besar, sistem otak manusia dapat dibagi menjadi tiga macam, yakni (1) Otak besar (sereberum), (2) Otak kecil (serebelum), dan (3) Batang otak. Bagian terpenting dalam kegiatan berbahasa adalah otak besar. Bagian pada otak besar yang terlibat langsung dalam pemrosesan bahasa adalah korteks serebral.
Korteks serebral terdiri atas dua bagian, yakni belahan otak kiri (hemisfer kiri) dan otak kanan (hemisfer kanan). Kedua hemisfer tersebut memiliki peran penting dalam proses kognitif. Hemisfer kanan mengontrol pemrosesan informasi spesial dan visual. Sedangkan hemisfer kiri mengontrol kegiatan berbahasa.

Proses Pemahaman dalam Komunikasi
Berdasarkan hasil penelitian inteligensia buatan, dapat disimpulkan bahwa berbagai objek, keadaan dan tindakan dalam memori diwakili oleh prototipe dari objek, keadaan dan tindakan tersebut. Skema yang mewakili tindakan – tindakan sederhana menjadi satu kesatuan dan memilki urutan yang teratur dalam memori kita disebut script (skenario suatu tindakan).

Pemerolehan dan Pemelajaran Bahasa
Salah satu hal yang sering dibicarakan  dalam aspek kognitif bahasa adalah pemerolehan bahasa. Istilah pemerolehan dipakai dalam proses pemahaman bahasa pertama, yaitu salah satu proses perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak ia lahir. Istilah pemelajaran dipakai dalam proses belajar bahasa (umumnya bahasa yang dipelajari secara formal di sekolah atau bahasa asing) yang dialami oleh seseorang setelah menguasai bahasa pertama.

Bilingualitas dan Bilingualisme
Bilingualitas adalah keadaan psikologis seseorang yang mampu menggunakan lebih dari satu bahasa dalam komunikasi sosial. Sedangkan Bilingualisme adalah suatu konsep yang mencakup konsep bilingualitas dan juga keadaan yang menggambarkan terjadinya kontak bahasa di antar sebuah masyarakat bahasa tertentu dengan masyarakat bahasa lainnya.

Gangguan dalam Proses Berbahasa
Gangguan dalam proses berbahasa dapat berupa gangguan alat wicara bahkan gangguan otak dan saraf seperti yang disinggung pada bahasan pertama.

ASPEK FISIOLOGIS BAHASA

Wujud Fisik Bahasa
Bahasa lisan adalah rangkaian bunyi (bahasa) yang diujarkan oleh penutur. Mitra tutur mampu memahami bunyi bahasa yang diujarkan oleh penutur melalui hasil pendengarannya.
Pembicaraan mengenai aspek fisik bahasa pada dasrnya mencakup tiga aspek. Pertama, bagaimana bunyi itu dihasilkan (aspek produksi). Kedua, Bagaimana ciri – ciri bunyi bahasa yang diujarkan (aspek akustis). Ketiga, bagaimana bunyi bahasa itu dipahami melalui indra pendengaran (aspek persepsi bunyi bahasa).

Produksi Bunyi Bahasa
Untuk memahami ciri fisik bahasa, yang pertama – tama perlu diketahui adalah dari mana dan bagaimana bahasa itu dihasilkan. Bunyi bahasa juga ditentukan oleh sumber bunyi serta proses dalam memproduksi bahasa tersebut. Setiap manusia memiliki suara yang berbeda antara satu dan lainnya. Untuk menghasilkan bunyi bahasa yang benar diperlukan alat bicara yang normal, keterampilan dan kemampuan organ alat bicara dalam melakukan artikulasi, serta kemampuan mengatur pernapasan.

Satuan Bunyi Bahasa
Satuan bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat bicara dilakukan dengan artikulasi yang sama. Perubahan proses produksi bunyi menghasilkan perubahan kualitas bunyi. Sebagai akibat proses artikulasi yang berbeda pada bahasa – bahasa di dunia ini, bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan berbagai bahasa itu pun berbeda.

Ciri Akustik Bunyi Bahasa
Bunyi yang diproduksi oleh sebuah sumber bunyi terdengar oleh indra pendengaran karena peran uada yang menyalurkan suara itu sampai ke indra pendengaran. Getaran bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi mengubah tekanan udara yang ada dalam ruang sehingga partikel – partikel udara membentuk gelombang bunyi.

Persepsi Bunyi Bahasa
Indra pendengaran mampu menangkap dan memahami rangkaian bunyi vokal dan konsonan yang membentuk sebuah tuturan, cepat lambat tuturan, dan nada tuturan yang dihasilkan oleh seorang penutur.
Berdasarkan uraian di atas, persepsi terhadap bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara dikelompokkan menjadi dua, yakni :
1.      Persepsi terhadap bunyi yang berupa satuan struktural, yaitu vokal dan konsonan.
2.      Persepsi terhadap bunyi yang berupa cepat lambat, kelantangan, tekanan, dan nada.

Fonetik dan Fonologi
Baik fonetik maupun fonologi berkenaan dengan satuan terkecil bahasa, yaitu bunyi. Fonetik berkenaan dengan proses pembunyian, realisasi, dan penangkapan melalui indra pendengaran, sedangkan fonologi berkenaan dengan fungsi bunyi – bunyi bahasa itu sebagai satuan bahasa yang memiliki fungsi pembeda atau distingtif.
Trubetzkoy menjelaskan bahwa fonetik merupakan studi bunyi bahasa yang berkenaan dengan peristiwa bahasa, murni studi fenomenalistik terhadap bahasa tanpa mempertimbangkan fungsi. Sedangkan fonologi adalah studi bunyi bahasa yang berkenaan dengan sistem bahasa, serta merupakan studi linguistis.

ASPEK SOSIAL BAHASA

Keberagaman Bahasa
Bahasa mempunyai variasi. Hal itu berarti bahwa bahasa tidak kedap terhadap pengaruh aspek nonbahasa. Dengan kata lain, bahasa memiliki ragam. Konsep keberagaman mengemuka ketika linguis mengaikan bahwa dengan aspek kemasyarakatan. Keberagaman tersebut mulai dipelajari dalam kajian antardisiplin, seperti sosiolinguistik dan sebagainya.

Berbagai Ragam dalam Pemakaian Bahasa
Di dalam lingkungan masyarakat, ada bahasa yang digunakan dan memperlihatkan ciri keakraban atau keintiman. Bahasa yang ditandai bentuk dan pilihan kata akrab seperti gue, loe, bete. Berikut termasuk ke dalam ragam intim. Ragam berikutnya dikenal sebagai ragam konsultatif, yang merupakan ragam bahasa yang digunakan pada saat guru mengajar di kelas. Cirinya berbeda dengan ragam formal atau resmi. Ragam lain adalah bahasa yang ditandai ujaran – ujaran baku dan beku sebagaimana yang terdengar dalam acara ritual dan seremonial.

Aturan – Aturan dan Fungsi Sosial Bahasa
Hymes menyebutkan adanya unsur – unsur yang terdapat dalam setiap komunikasi bahasa. Unsur – unsur itu disajikan dalam bentuk akronim speaking, secara sederhana dapat diuraikan seperti latar, peserta, hasil, amanat, cara, sarana, norma dan jenis.
Roman Jacobson merinci fungsi – fungsi bahasa berdasarkan segi perhatian sebuah tuturan. Suatu peristiwa tutur memiliki tujuh faktor, yakni waktu dan tempat, pokok pembicaraan, penutur, mitra tutur, jalur, kemasan pesan dan aspek bahasa.

Sentuh Bahasa
Di dunia ini terdapat masyarakat bahasa yang bertemu, hidup bersama – sama, dan berpengaruh terhadap masyarakat bahasa lain. Keadaan semacam ini menimbulkan apa yang disebut sentuh bahasa atau kontak bahasa. Indonesia merupakan contoh negara aneka bahasa. Akan tetapi kebanyakan orang Indonesia menguasai bahasa indonesia dan bahasa daerah. Orang yang menguasai satu bahasa disebut ekabahasawan. Orang yang dapat menguasai dua bahasa disebut Bilingual, sedangkan orang yang menguasai banyak bahasa disebut anekabahasawan.

Ragam Bahasa dalam Masyarakat Multibahasa
Ragam bahasa dapat dibincangkan berdasarkan fungsinya dalam masyarakat yang multibahasa. Secara umum, dikenal lima ragam bahasa. Kita mungkin pernah mendengar istilah bahasa Vernakular, Bahasa baku, Bahasa perantara, Pijin, dan Kreol.
a.       Vernakural
Merupakan ragam bahasa yang tidak memilki status resmi dan biasanya tidak mengalami proses kodifikasi. Ragam ini biasa dipakai dalam percakapan sehari – hari atau lambang solidaritas.
b.      Bahasa Baku
Biasanya sudah melewati proses kodifikasi, yaitu tahap pembakuan tata bahasa, ejaan, dan kosa kata. Ragam bahasa ini lazim dinamakan bahasa standar, yang lebih sering ditemukan dalam bahasa tulis daripada lisan.
c.       Bahasa Perantara
Ragam bahasa ini biasanya muncul dalam keadaan darurat dan sering digunakan sebagai bahasa untuk bertahan hidup.
d.      Pijin
Merupakan  ragam  bahasa yang tidak memiliki penutur asli. Biasanya ragam bahasa ini ditemukan banyak sekali di negara – negara dunia ketiga yang dulunya merupakan daerah jajahan koloni.
e.       Kreol
Merupakan perluasan pijin dan sudah mulai sejajar dengan bahasa – bahasa lain di negara yang memilikinya. Pada tingkatan ini, tata bahasa dan kosa katanya sudah mulai rumit dan kompleks.

BAHASA SEBAGAI OBJEK ILMU

Beberapa hipotesis yang menyatakan bahwa selain manusia, makhluk lain di dunia ini pun memiliki bahasa. Meskipun banyak orang yang menganggap hipotesis ini adalah sebuah hipotesis yang tidak masuk akal dan mengada – ada.
Dalam beberapa hal dugaan bahwa binatang memiliki bahasa dirasakan lebih kuat, terbukti dengan adanya istilah berbahasa atau berbicara pada binatang – binatang. Dalam kenyataan sehari – hari binatang tertentu memberikan kode – kode suara tertentu kepada sesama spesiesnya.
Sepintas, bahwa kode – kode bunyi itu memiliki kemiripan dengan kode – kode bunyi dalam bahasa lisan manusia. Dalam salah satu ajaran agama, diyakini bahwa Nabi Sulaiman AS dapat memahami bahasa binatang. Kalau cerita ini diyakini kebenarannya, maka kita dapat meyakini kode – kode bunyi pada binatang memiliki kemiripan fungsi dengan kode – kode bunyi bahasa pada manusia.

Pemakaian Bahasa
Manusia sebagai makhluk sosial terikat oleh kebangsaan, ras, suku, agama dan kepercayaan, serta kebudayaan masing – masing. Ini semua memengaruhi terjadinya perbedaan bahasa di dunia. Setiap bahasa menjadi identitas pemakainya. Kemudian manusia sebagai pribadi terikat oleh jasmani dan rohani, ada yang sehat dan sakit. Bahkan ada yang memiliki alat ucap yang normal dan ada yang tidak normal.
Dalam kehidupan bermasyarakat, dapat pula ditemukan berbagai karakter manusia, terdapat orang yang sopan bahkan kurang ajar. Sebagai ilmu bahasa, linguistik dapat digunakan untuk membahas dan memelajari bahasa – bahasa manusia yang ada di dunia, selama bahasa itu dianggap bahasa normal. Adapun bahasa yang tidak normal dipelajari dalam neurolinguistik dan psikolinguistik.

Suasana Pemakaian Bahasa
Dalam kehidupan sehari – hari, manusia menggunakan bahasa setiap harinya. Bahasa tidak hanya digunakan secara wajar, tetapi digunakan pula secara tidak wajar atau dibuat – buat karena ingin memberikan kesan yang lebih.
Meskipun pemakaian bahasa bermacam – macam, linguistik lebih mengutamakan membahas dan memelajari bahasa yang digunakan dalam suasan yang wajar, sedangkan penggunaan bahasa yang dibuat – buat merupakan garapan bidang ilmu sastra.

Alat Pembentuk Bahasa
Manusia dalam mengungkapkan gagasan dan pikirannya, dapat melakukan beberapa cara. Cara pertama adalah dengan cara dituturkan atau dengan bahasa lisan yang dihasilkan oleh alat ucap, sedangkan cara kedua yaitu dengan dituliskan atau dengan bahasa tulis.
Selain dua cara tersebut, masih ada cara seseorang mengeluarkan gagasan dengan menggunakan  isyarat – isyarat tertentu atau gerakan badan tertentu. Selain menggunakan anggota badan, adakalanya gagasan dan pikiran seseorang itu diwujudkan dalam bentuk tertentu.
Sebagai ilmu bahasa, linguistik menempatkan bahasa lisan sebagai objek garapan yang utama dan bahasa tulis sebagai objek kedua. Sedangkan bahasa isyarat atau gerakan tubuh merupakan garapan ilmu yang disebut kinesik.
Apabila isyaratnya menggunakan benda – benda tertentu dibahas dalam ilmu yang disebut Pasimologi. Wujud bunyi dihasilkan oleh alat ucap manusia tidaklah semuanya berupa kata – kata, adakalanya berbentuk desisan dan sebagainya. Akan tetapi bunyi – bunyi demikian tidak menjadi objek linguistik.
Karena yang menjadi garapan linguistik adalah bunyi – bunyi ujaran yang membentuk kata – kata, sedangkan bunyi yang tidak membentuk kata – kata, akan menjadi garapan paralinguistik.

AHLI BAHASA DAN TUGASNYA

Pada mulanya, bahasa sering diabaikan dalam bidang-bidang keilmuan. Kemudian bahasa didekati melalui mitos. Dan akhirnya bahasa dinalar secara filsafat. Akan tetapi, dalam ilmu bahasa kita tidak boleh mengabaikan jasa-jasa para ahli bahasa yang telah meneliti secara radikal untuk meneliti seluk beluk bahasa.
Akan tetapi banyak kesalahpahaman mengenai ahli bahasa sesungguhnya. Padahal ahli sesungguhnya (Linguis) adalah seorang yang mampu memahami banyak bahasa. Syarat menjadi seorang linguis bukanlah hanya mampu memahami banyak bahasa saja. Akan tetapi dia juga mampu menganalisis, menguasai metodologis mengkaji bahasa-bahasa dan memiliki wawasan yang luas.
Seorang linguis pasti bermula dari parole. Kemudian menguasai langue dan dilanjutkan lagi menguasai langage. Seorang linguis berbeda dengan seorang guru, meskipun hampir sama tipis antara keduanya. Di bawah ini ada beberapa syarat-syarat mutlak untuk menjadi seorang linguis yang diformulasikan menjadi 5M, yaitu sebagai berikut :
a.      Minat terhadap bahasa
Seorang linguis harus memiliki minat dalam dunia bahasa, misalnya dari hobi yang menjadi faktor dia menyukai dunia bahasa. Jadi, jika seseorang tidak berminat dalam dunia bahasa pasti tidak akan ada niat teguh dalam hatinya untuk menjadi seorang linguis.

b.      Memiliki pengetahuan dan wawasan kebahasaan
Seorang linguis harus memiliki pengetahuan dan wawasan kebahasaan. Maksudnya adalah agar seorang linguis mampu mendeskripsikan dan menganalisis bahasa untuk berbagai penelitian bahkan untuk menciptakan sebuah teori.
Pengetahuan dan wawasan amatlah penting bagi seorang linguis. Karena objeknya dalah bahasa. Bahasa adalah sarana untuk berkomunikasi dan bersifat umum dan universal, pastinya membutuhkan wawasan yang amat luas untuk dijadikan bahan penelitian seorang linguis.

c.       Mampu meneliti
Seorang linguis harus mampu meneliti bahasa karena tujuan utama linguis selain mampu mendeskripsikan bahasa adalah dia juga harus mampu meneliti bahasa secara radikal dengan metode-metode yang digunakan dan berani untuk mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya secara universal.

d.      Melahirkan teori
Seorang linguis harus melahirkan teori. Darimana dia mendapat teori? Tentu seorang linguis tidak mendapatkan teori dengan cuma-cuma. Teori yang dikemukakan oleh seorang linguis berasal dari hasil penelitiannya.
Akan tetapi, hasil penelitiannya harus dapat diuji kebenarannya secara universal melalui berbagai tahap-tahap penyaringan (filter) dalam proses pengujian yang bertahap.

e.       Menguasai prinsip dan kaidah ilmu
Seorang linguis juga harus mampu menguasai prinsip dan kaidah ilmu seperti observasi dan pengelompokan data. Agar dapat membuat jalannya penelitian berjalan lancar.

Setelah seseorang dapat memenuhi syarat-syarat di atas, maka seseorang dapat disebut sebagai seorang linguis. Akan tetapi, seorang linguis memiliki berbagai tugas, yaitu :
a.       Membuat definisi dan mendiskripsikan aspek terminologis yang berkaitan dengan bahasa. Seorang linguis memiliki tugas mendeskripsikan konsep-konsep yang ada dalam ilmu bahasa.
b.      Mengklasikfikasi. Seorang linguis harus dapat mengklasifikasikan beberapa hasil penelitiannya.
c.       Inferensi. Seorang linguis harus mampu menyimpulkan apa yang dia teliti, untuk memperjelas hasil penelitiannya.
d.      Informasi. Seorang linguis harus menginformasikan hasil analisis penelitiannya terhadap umum dan mampu untuk mempertanggungjawabkan konsekuensinya.
e.       Penellitian. Seorang linguis bertugas meneliti, menganalisis secara radikal dalam bidang kebahasaan. Karena objek utama seorang linguis adalah dunia bahasa.
f.       Membuat model. Seorang linguis bertugas membuat model yang ditujukan untuk memberi kerangka dan sistematika dalam penelitian bahasa untuk menyederhanakan penjelasannya.
g.      Penyempurnaan. Seorang linguis harus mampu menyempurnakan teori dan deskripsi penelitian yang dibuatnya.

Akan tetapi, berdasarkan uraian di atas masih ada tugas pokok yang dimiliki oleh seorang linguis, yaitu :
a.       Tugas deskriptif dan eksplanatif, adalah tugas yang memerikan gejala kebahasaan dan menerangkannya.
b.      Tugas prediktif dan pengembangan, adalah tugas mempraduga dalam bentuk hipotesis yang selanjutnya diuji secara ilmiah.
Tugas kontrol, adalah mengontrol masalah dan mengontrol hasil yang didapat setelah melakukan penelitian kebahasaan.

1 komentar:

  1. boleh minta daftar pustaka nya bg ? :) (buat tugas kuliah hehe)

    BalasHapus