DERETAN MORFOLOGIK &
HIRARKI BAHASA
1.
Deretan Morfologik
Deretan morfologik adalah suatu deretan atau suatu daftar
yang memuat kata-kata yang berhubungan dalam bentuk dan artinya. Misalnya kita
dapati kata, kejauhan. Untuk mengetahui apakah kata itu terdiri dari
satu morfem atau beberapa morfem, haruslah kata itu dibandingkan dengan kata-kata
lain dalam deretan morfologik. Di samping kejauhan, terdapat menjauhkan,
dijauhkan, terjauh, berjauhan, menjauhi, dijauhi ; jadi deretan
morfologiknya sebagai berikut.
Dari perbandingan kata-kata yang terdapat dalam deretan
morfologik di atas, dapat disimpulkan adanya morfem jauh sebagai unsur
yang terdapat pada tiap-tiap anggota deretan morfologik, hingga dapat
dipastikan bahwa kata kejauhan terdiri dari morfem jauh dan morfem ke
– an. Begitupun yang lainnya.
Deretan morfologik amat berguna dalam penentuan
morfem-morfem. Kata terlantar misalnya, apakah terdiri dari satu morfem atau
dua morfem, dapat diketahui dari deretan morfologik kata itu haruslah
dibandingkan dengan kata-kata lain yang terhubung dalam bentuk dan artinya
dalam deretan morfologik. dari deretan morfologik diatas, dapat dipastikan
bahwa kata terlantar hanya terdiri dari satu morfem.
2.
Hirarki Bahasa
Pada contoh berperikemanusiaan
hirarki pembentukannya lebih banyak lagi dibandingkan dibandingkan dengan pada
berpakaian. Satuan berperikemanusiaan terbentuk dari unsur ber- dan
perikemanusiaan. Satuan perikemanusiaan terbentuk dari unsur peri dan kemanusiaan.
Selanjutnya kemanusiaan terbentuk dari unsur ke-an dan manusia. Jadi
proses kemanusiaan terbentuknya satuan
berperikemanusiaan demikian : manusia – kemanusiaan – perikemanusiaan –
berperikemanusiaan. Diagramnya sebagai berikut :
Timbul pertanyaan, bagaimana
unsur itu dapat ditentukan? Apabila satuan yang diselidiki itu hanya terdiri
dari dua satuan, dengan mudah dapat ditentukan bahwa kedua satuan itu merupakan
unsurnya. Berikut merupakan cara menyelidiki satuan tersebut.
Cara pertama, dicari
kemungkinan adanya satuan yang satu tingkat lebih kecil daripada satuan yang
diselidiki. Pada berperikemanusiaan, satuan yang satu tingkat lebih
kecil ialah perikemanusiaan. Satuan *berperikemanusia tidak ada. Maka dapat
ditentukan bahwa berperikemanusiaan terdiri dari unsur ber- dan perikemanusiaan.
Begitupun dengan yang lain. Sedangkan cara keduanya adalah melalui faktor arti dan
makna. Misalnya, kata pembacaan mempunyai arti hal membaca, atau suatu
abstraksi dari perbuatan membaca. Kalau pembacaaan terbentuk dari unsur peN-
dan bacaan, tentulah makna peN- tidak sesuai dengan arti yang
dinyatakan oleh kata pembacaan, karena afiks peN- pada umumnya :
a)
Orang yang (biasa) melakukan perbuatan
yang tersebut pada bentuk dasar, atau mungkin pula menyatakan alat yang biasa
dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya pemimpin,
pencukur, penulis, pemangkas, pencipta, penggaris, dan sebagainya.
b)
Orang yang memiliki sifat yang tersebut
pada bentuk dasar. Misalnya pemalas, penakut, pemalu, pemberani, pengasih,
penyayang, dan sebagainya.
c)
Sesuatu yang menyebabkan adanya sifat
yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya penyakit, penguat, penawar,
penghalus, pembesar, pemerah, pengering, dan sebagainya.
3.
Bentuk Asal dan Bentuk Dasar
Bentuk asal ialah satuan yang
paling kecil yang menjadi asal Sesuatu kata kompleks. Misalnya kata berpakaian
terbentuk dari bentuk asal pakai mendapat bubuhan afiks –an menjadi pakaian,
kemudian mendapat bubuhan afiks –ber menjadi berpakaian.
Bentuk dasar ialah satuan,
baik tunggal maupun kompleks, yang menjadi dasar bentukan bagi satuan yang
lebih besar. kata berpakaian, misalnya, terbentuk dari bentuk dasar pakaian
dengan afiks ber- : selanjutnya kata pakaian terbentuk dari bentuk dasar pakai
dengan afiks –an . Kata berkesudahan terbentuk dari bentuk dasar kesudahan dengan
afiks ber-, dan selanjutnya kata kesudahan terbentuk dari bentuk dasar sudah
dengan afiks ke –an.
Bentuk asal selalu berupa
bentuk tunggal, berbeda dengan bentuk dasar, mungkin berupa bentuk dasar,
mungkin berupa bentuk tunggal, misalnya pakai dalam pakaian, sudah dalam
kesudahan, rumah dalam perumahan, pergi dalam berpergian, kata dalam berkata,
dan mungkin pula berupa bentuk kompleks, misalnya pakaian dalam berpakaian,
kesudahan dalam berkesudahan, pemimpin dalam berpemimpin, dan kepemimpinan,
berangkat dalam keberangkatan, alasan dalam beralasan, berhasil dalam
keberhasilan, mengerti dalam dimengerti. tidak mampu dalam ketidakmampuan,
sandaran dalam bersandaran, sinambung dalam kesinambungan.
terima kasih
BalasHapus